Menjadi Full Time Trader Part I

Profesi full time trader (Tujuan: Trading for A Living).... Kedengarannya keren juga ya? Benar. Full time trader  dalam benak kebanyakan orang, termasuk saya (barangkali Anda juga) adalah: 

- Tidak perlu kerja kantoran.
- Kerja cukup di rumah, cuma trading doank, waktu fleksibel.
- Kaya.
- Punya banyak waktu luang. 
- Punya modal besar untuk trading saham.
- Bisa liburan sesuka hati.
- Memberikan kebebasan waktu dan tempat.

Tokoh yang saya kagumi: meskipun dia investor, bukan trader adalah Lo Kheng Hong. Beliau hanya hidup dari investasi saham saja dan beliau bisa keluar negeri setahun 2 kali.  Walaupun bukan trader, tapi konteksnya disini adalah FULL TIME. Barangkali kalau beliau istilah pas-nya full time investor. Tapi, itu membuktikan bahwa berdagang saham secara full time, memang bisa memberikan Anda kebebasan, keleluasaan. 

Semua itu memang benar. Itulah pekerjaan dan sukacita dari seorang full time trader. Nah, kalau barangkali dari Anda ada yang punya cita2 jadi full time trader, Anda tentu harus mempersiapkan banyak hal, bukan hanya ilmu, tapi kedisiplinan dan faktor psikologis Anda harus siap. So, kesimpulannya untuk menjadi full time trader seperti poin2 yang saya sebutkan diatas tidaklah mudah.

Kemudian Anda memantapkan diri Anda: "Pak, saya memutuskan untuk menjadi full time trader, langkah saya selanjutnya harus bagaimana?"

OK, kalau Anda sudah memutuskan menjadi full time trader, maka saya anggap Anda sudah pintar. Pintar dalam hal apa? Dalam hal menganalisis kondisi market secara global. 

Seorang full time trader (harusnya) paham kapan saatnya masuk pasar - kapan saatnya keluar - kapan saatnya wait and see. Contohnya: akhir April tahun 2015 saat pasar saham mulai anjlok dan banyak berita2 buruk mulai bermunculan soal penurunan perekonomian kita, krisis utang Yunani, perlambatan ekonomi China, apa yang harus dilakukan full time trader? Harusnya dia segera keluar dari pasar (jual saham2nya), kemudian wait and see sampai kondisi pasar mulai bullish, dan sentimen buruk mulai reda.

Kalau Anda masuk pasar saat IHSG anjlok tahun 2015 untuk trading harian, maka keputusan Anda SALAH. Kenapa? Karena banyak sekali harga saham yang sudah terdiskon, eh ternyata harganya masih turun besok, dan turun lagi lebih banyak esok harinya. Kalau Anda berpikir hari ini harga saham BBRI sudah terdiskon (murah karena turun terus), lalu Anda beli, kemudian harganya turun terus, saham Anda pasti 'nyantol'. 

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Nah, sekarang kembali ke pertanyaan tadi: "Saya ingin menjadi full time trader". Menjadi full time trader kelihatannya enak, tapi TIDAK SEMUDAH APA YANG ANDA BAYANGKAN. Ada banyak yang harus Anda pertimbangkan.

Pertama. Bekal ilmu analisis teknikal. Itu pasti. Saya rasa sudah jelas.  Kalau mau jadi trader, ya Anda harus punya kemampuan trading yang baik. Bukan hanya kemampuan analisis saham spesifik, tapi Anda harus bisa analisis kondisi pasar secara global, termasuk sentimen2 yang berpengaruh kuat terhadap IHSG. Seperti yang saya paparkan tadi, Anda harus paham kapan saatnya masuk pasar - kapan saatnya keluar - kapan saatnya wait and see.

Jam terbang sangat mempengaruhi kemampuan Anda untuk menjadi full time trader. Saran saya, kalau mau jadi full time trader, pengalaman Anda trading di pasar modal harus diatas 5 tahun. Supaya Anda punya kesempatan mempelajari kondisi pasar dalam berbagai situasi.

Kedua.  Full time trader membutuhkan dana besar. Menjadi full time trader artinya Anda harus siap modal besar, karena full time trader penghasilan utamanya dari trading itu sendiri, sehingga kalau modal Rp10.000.000 atau Rp25.000.000 mungkin terlalu kecil. Full time trader, saran saya modal minimal adalah Rp100.000.000. Ingat, semakin besar modal, return semakin besar. Jika Anda ingin mendapat penghasilan lebih dari Rp5.000.000 sebulan, maka saran saya Anda masukkan dana lebih dari Rp100.000.000.

Kalau Anda memutuskan akan terjun sebagai full time trader, maka Anda harus menghitung berapa kebutuhan Anda dalam sebulan dan tingkat keuntungan yang bisa Anda capai dalam sebulan ketika Anda melakukan aktivitas trading sehari-hari. Jadi katakanlah, biaya hidup Anda sebulan adalah 5 juta, dan karena Anda sudah ahli, Anda bisa menghasilkan keuntungan trading sebulan adalah 7%.  Dengan perhtungan tersebut maka Anda harus mengeluarkan dana sebesar Rp71.500.000 (5 juta / 7%).. Tapi, tentu saja Anda nggak mungkin hidup dengan break event point (pendapatan = biaya). Jadi, investasi Rp71.500.000 itu kurang, karena modal sekian hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup Anda saja.

Sedangkan, Anda pasti juga memerlukan biaya darurat, biaya investasi, keperluan2 lainnya. Tentu, Anda harus memasukkan dana lebih dari itu. Apalagi kalau Anda membaca alasan keempat, tentu dana Rp71.500.000 dengan asumsi pengeluaran per bulan Anda 5 juta dan Anda bisa dapat return sebulan 7% sangat dan sangat kurang. Jadi, itulah alasan mengapa Anda harus memasukkan dana minimal Rp100.000.000 jika Anda memutuskan untuk menjadi full time trader dengan tujuan Trading for A Living.

Ketiga. Disiplin eksekusi. Karena modal harus besar, maka Anda harus disiplin melakukan cut loss dan take profit. Jangan sampai Anda tidak disiplin pada aturan cut loss yang Anda tetapkan, saham turun banyak baru Anda cut loss dan ruginya besar sekali, kemudian Anda menangis dan menganggap saham itu judi. Demikian juga, ketika Anda menetapkan take profit di harga sekian, maka Anda juga harus disiplin melakukannya.  

Keempat. Siapkah psikologis Anda, jika tidak ada penghasilan? Perlu Anda ketahui bahwa menjadi full time trader, berarti Anda harus siap2 jika tidak ada penghasilan dalam jangka waktu tertentu? Lho, apa maksudnya?

Maksudnya begini, tadi saya jelaskan dengan contoh IHSG 2015 bahwa Anda harus paham kapan saatnya masuk pasar - kapan saatnya keluar - kapan saatnya wait and see. Nah, kalau pasar saham kita anjlok, artinya Anda jangan masuk pasar. Kalau pasar saham anjlok seperti tahun 2015, sampai 6 bulan (April - September), apalagi waktu IHSG seperti tahun 2008, maka Anda bahkan harus siap tidak ada penghasilan sama sekali selama waktu 6 bulan tersebut, bahkan bisa lebih dri 6 bulan. Siapkah Anda?

Dalam kondisi market bullish, Anda bisa mendapatkan return puluhan kali lipat dalam satu bulan. Apalagi sebagai full time trader yang (seharusnya) sudah paham betul kondisi saham dan market, memperoleh profit dari dana Rp100.000.000 menjadi Rp500.000.000 dalam sebulan bukan hal yang mustahil. Tapi kalau pasar lagi lesu, Anda bahkan harus siap tidak ada penghasilan dari trading. 

Maka solusinya: Anda harus bijak kelola profit yang Anda dapatkan. Kalau dapat profit banyak dalam kondisi pasar bullish, maka jangan boros. Sisakan dana Anda minimal Rp80.000.000 dari profit Anda untuk motif berjaga-jaga: Apabila pasar sedang lesu, Anda sudah punya simpanan. Kalau dalam kondisi market lesu, jangan tergoda masuk, apalagi untuk ambil saham2 gorengan yang tidak jelas arah pergerakannya. 

Dari pemaparan saya diatas, sudah jelas dan sangat jelas sekali kalau menjadi full time trader atau bahasanya adalah Trading for A Living itu gampang2 susah. Celakanya, banyaaaaak sekali para pemula yang belum apa2, yang ilmunya masih sedikit sudah ngarep dapat penghasilan berlipat ganda dari trading. Bahkan dengan modal yang nggak seberapa besar, banyak pemula yang ngarep dapat penghasilan puluhan kali lipat dalam sebulan. 

Kalau Anda menginginkan menjadi full time trader, Anda harus memenuhi empat aspek tersebut. Bagaimana dengan pemula? Kalau masih pemula jangan menjadi full time trader. Matangkan dahulu analisis Anda dan psikologis Anda, baru menjadi full time trader. 

Dan tentu saja, kalau Anda belum punya semua itu, atau bahkan terlewat satu aspek saja, maka kurungkan niat Anda untuk jadi full time trader dan penuhi dahulu aspek2 tersebut.

Baca pos lanjutan: Menjadi full time trader (Part II)

Tidak ada komentar untuk "Menjadi Full Time Trader Part I"